Rabu, 07 November 2012


PROBLEM BASED LEARNING 

A.      Hakikat Model Problem Based Learning (PBL)
Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) atau Problem Based Learning (PBL) menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1.      Suradijono (2004), PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
2.      Tan (2003), PBL merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam proses belajar mengajar kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok /tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
3.      Bound dan Feletti (1997), PBL ialah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan.
4.      Margetson (1994), mengemukakan bahwa kurikulum Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) membantu untuk meningkatkan keterampilan belajar sepanjang hayat dan pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis dan belajar aktif. Kurikulum PBL memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompokdan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan lain.
5.      Wina sanjaya (2008), PBL diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Jadi, Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengintegrasikan pengetahuan baru dan melatih keterampilan menyelesaikan masalah adalah tujuan utama proses pembelajaran.
Masalah dalam PBL adalah masalah yang terbuka. Artinya jawaban dari masalah itu belum pasti.  Setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, PBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi, mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakikat masalah dalam SPBL adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan , keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu, materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber pada buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam PBL :
1.      Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita, rekaman video, dan yang lainnya.
2.      Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3.      Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak, sehingga terasa manfatnya.
4.      Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5.      Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.

B.       Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)
Terdapat 3 ciri utama dari PBL yaitu:
1.    PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBL tidak mengharapkan siswa hanya sekadar mencatat, mendengarkan, kemudian menghapal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBL siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2.    Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBL menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.    Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.[1]
PBL memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dengan model pembelajaran lainnya yaitu:
1.      Pembelajaran bersifat student centered.
2.      Pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil.
3.      Guru berperan sebagai fasilitator dan moderator.
4.      Masalah menjadi fokus dan merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan Problem Solving.
5.      Informasi-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning).
Rusman menyebutkan bahwa karakteristik PBL adalah sebagai berikut:
1.         Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
2.         Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada didunia nyata yang tidak terstruktur.
3.         Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective).
4.         Permasalahn menantang pengetahuan yang dimiliki siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.
5.         Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
6.         Pemanfaatan sumber pengetahuan yang  beragam penggunaannya dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial.
7.         Belajar adalah kolaboratif, komunikatif dan kooperatif.
8.         Pengembangan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.
9.         Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.
10.     PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Karakteristik PBL menurut Oon Seng Tan:
1.         Pengajuan pertanyaan/masalah (memahami masalah).
2.         Terfokus pada keterkaitan antardisplin.
3.         Penyelidikan autentik.
4.         Menghasilkan produk atau karya yang kemudian dipamerkan.
5.         Kerjasama.

C.      Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning (PBL)
Adapun kelebihan model PBL ini adalah sebagai berikut:
1.      Pemecahan masalah merupakan teknik yang bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2.      Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan yang baru.
3.      Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4.      Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.      Pemecahan masalah dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6.      Melalui pemecahan masalah guru dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang  harus dimengerti oleh siswa bukan sekedar belajar dari guru atau buku saja.
7.      Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
8.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk bepikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah dengan pengetahuan baru.
9.      Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
10.  Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar.[2]
Rusman menjelaskan bahwa kelebihan model PBL adalah sebagai berikut:
1.      Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
2.      Membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
3.      Merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam kerangka mencari pemecahannya.
Selain kelebihan-kelebihan diatas, PBL ini juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
1.         Ketika siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. Untuk mengatasi hal ini, guru harus mampu memotviasi dan membuat siswa tertarik untuk ikut serta dalam pembelajaran.
2.         Keberhasilan pembelajaran membutuhkan waktu yang lama. Untuk mengatasi agar hal ini tidak terjadi dan pembelajaran dapat selesai tepat waktu, maka guru harus mampu menyusun rencana pembelajaran yang seefektif dan seefisien mungkin.
3.         Tanpa pemahaman siswa mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang seharusnya mereka pelajari. Maka, guru harus menjelaskan terlebih dahulu manfaat yang akan didapat siswa setelah berhasil memecahkan masalah.[3]

Rusman menyebutkan kelemahan model PBL sebagai berikut:
1.         Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah, tingkat kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan keterampilan dan kemampuan guru.
2.         Proses belajar mengajar memerlukan waktu yang cukup banyak dan terkadang terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
3.         Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir menyelesaikan masalah sendiri atau kelompok yang terkadang memerlukan berbagai sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi guru dan siswa.

D.      Sintaks Model Problem Based Learning (PBL)
Dalam Lufri dkk (2006) ada dua model tahapan (sintaks) pembelajaran berbasis masalah, yaitu:[4]
  1. Menurut Greenwald (2000) ada sepuluh tahapan Problem Basedd Learning yaitu:
a.       Menemukan sebuah masalah yang didefinisikan sebagai suatu hal yang kabur (Encounter an ill-defined problem).
b.      Meminta para anak didik mengajukan pertanyaan tentang minat yang menimbulkan teka-teki (Have students ask question about what is interesting, puzzling, or important to find out / IPF Question).
c.       Mengejar atau mengikuti temuan masalah (Pursue problem finding).
d.      Memetakan temuan dan memprioritaskan sebuah masalah (Map problem finding and prioritize a problem).
e.       Meneliti masalah (Investigate the problem).
f.       Menganalisis hasil-hasil (Analize result).
g.      Mengulangi pernyataan pembelajaran atau menyajikan apa yang telah mereka lakukan (Reiterate learning).
h.      Menghasilkan solusi dan rekomendasi (Generate solutions and recommendations).
i.        Mengkomunikasikan hasil-hasil (Communicate the results).
j.        Melakukan penilaian sendiri (Conduct self-assessment).
  1. Ibrahim dan Nur (2000) mengemukakan sintaks pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut:
NO
TAHAP
AKTIVITAS GURU
a.
Orientasi anak didik kepada masalah.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan peralatan yang diperlukan, memotivasi anak didik terlibat pada aktivitas pemecaha masalah yang dipilihnya.
b.
Mengorganisasi anak didik untuk belajar.
Guru membantu anak didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
c.
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
Guru mendorong anak didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu anak didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model yang membantu mereka dalam berbagi tugas dengan temannya.
e.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru membantu anak didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.



Menurut John Dewey ahli pendidikan dari Amerika menjelaskan ada 6 langkah PBL:
a.       Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
b.      Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
c.       Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
d.      Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e.       Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa yang mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
f.       Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.[5]
Menurut David Johnson & Jonhson mengemukakan ada 5 langkah PBL melalui kegiatan kelompok :
a.       Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji.
b.      Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta faktor yang menghambat maupun yang mendukung dalam penyelesaian masalah.
c.       Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas.
d.      Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
e.       Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.[6]

Dari beberapa bentuk PBL yang dikemukakan para ahli, secara umum PBL bisa  dilakukan dengan langkah-langkah :
a.       Menyadari Masalah
Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial.
b.      Merumuskan Masalah
Rumusan masalah sangat penting, karena selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpulkan untuk menyelesaikannya.
c.       Merumuskan Hipotesis
Merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh tinggal. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan.
d.      Mengumpulkan Data
Data dalam proses berpikir ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Sebab menentukan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang ada. Oleh karena itu, dalam tahapan ini siswa didororong untuk mengumpulkan data yang relevan.
e.       Menguji Hipotesis
Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji. Selain itu siswa juga diharapkan dapat mengambil keputusan dan kesimpulan.
f.       Menentukan Pilihan Penyelasaian
Kemampuan yang diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan. [7]








[1] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet ke-5,h.214-215
[2] Op.Cit.,h. 220-221
[3] Ibid.,h. 221
[4] Lufri dkk, Strategi Pembelajaran Biologi, (Padang: FMIPA UNP, 2006), h.64-65
[5] Op.Cit., h. 217
[6] Ibid., h. 217-218
[7] Ibid.,h. 218-219

1 komentar:

  1. Baccarat Strategy | Learn the rules of Baccarat
    There's a great variation for playing at the baccarat table. The dealer will take turns on the dealer to get 온카지노 an upper hand febcasino in order to 인카지노

    BalasHapus