PROBLEM BASED LEARNING
A.
Hakikat Model
Problem Based Learning (PBL)
Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) atau
Problem Based Learning (PBL) menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1.
Suradijono (2004), PBL adalah metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru.
2.
Tan (2003), PBL merupakan inovasi dalam pembelajaran
karena dalam proses belajar mengajar kemampuan berpikir siswa betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok /tim yang sistematis, sehingga
siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan
berpikirnya secara berkesinambungan.
3.
Bound dan Feletti (1997), PBL ialah inovasi yang paling
signifikan dalam pendidikan.
4.
Margetson (1994), mengemukakan bahwa kurikulum Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBL) membantu untuk meningkatkan keterampilan belajar
sepanjang hayat dan pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis dan belajar
aktif. Kurikulum PBL memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi,
kerja kelompokdan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding
pendekatan lain.
5.
Wina sanjaya (2008), PBL diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah.
Jadi, Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBL) merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam mengintegrasikan pengetahuan baru dan melatih
keterampilan menyelesaikan masalah adalah tujuan utama proses pembelajaran.
Masalah dalam PBL adalah masalah yang terbuka. Artinya
jawaban dari masalah itu belum pasti.
Setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban.
Dengan demikian, PBL
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bereksplorasi, mengumpulkan
dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL
adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis
untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara
empiris dalam rangka menumbuhkan
sikap ilmiah.
Hakikat masalah dalam SPBL adalah kesenjangan antara
situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, kesenjangan tersebut bisa dirasakan
dari adanya keresahan , keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu,
materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber
pada buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa
tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Kriteria pemilihan
bahan pelajaran dalam PBL :
1.
Bahan pelajaran
harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari
berita, rekaman video, dan yang lainnya.
2.
Bahan yang
dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa
dapat mengikutinya dengan baik.
3.
Bahan yang
dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak,
sehingga terasa manfatnya.
4.
Bahan yang
dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus
dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5.
Bahan yang
dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk
mempelajarinya.
B.
Karakteristik Model Problem Based
Learning (PBL)
Terdapat 3 ciri utama dari PBL yaitu:
1. PBL
merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL ada sejumlah kegiatan yang harus
dilakukan siswa. PBL
tidak mengharapkan siswa hanya sekadar mencatat, mendengarkan, kemudian
menghapal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBL siswa aktif berpikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2. Aktivitas
pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBL menempatkan masalah sebagai kata kunci
dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa
masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3. Pemecahan
masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.[1]
PBL memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya
dengan model pembelajaran lainnya yaitu:
1. Pembelajaran
bersifat student centered.
2. Pembelajaran
terjadi pada kelompok-kelompok kecil.
3. Guru berperan
sebagai fasilitator dan moderator.
4. Masalah menjadi
fokus dan merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan Problem Solving.
5. Informasi-informasi
baru diperoleh dari belajar mandiri (self
directed learning).
Rusman menyebutkan bahwa karakteristik PBL adalah sebagai
berikut:
1.
Permasalahan menjadi starting
point dalam belajar.
2.
Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada
didunia nyata yang tidak terstruktur.
3.
Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple
perspective).
4.
Permasalahn menantang pengetahuan yang dimiliki siswa,
sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar
dan bidang baru dalam belajar.
5.
Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
6.
Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam penggunaannya dan evaluasi sumber
informasi merupakan proses yang esensial.
7.
Belajar adalah kolaboratif, komunikatif dan kooperatif.
8.
Pengembangan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah
sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan.
9.
Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan
integrasi dari sebuah proses belajar.
10. PBL melibatkan
evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Karakteristik PBL menurut Oon Seng Tan:
1.
Pengajuan pertanyaan/masalah (memahami masalah).
2.
Terfokus pada keterkaitan antardisplin.
3.
Penyelidikan autentik.
4.
Menghasilkan produk atau karya yang kemudian dipamerkan.
5.
Kerjasama.
C.
Kelebihan dan Kekurangan Model
Problem Based Learning (PBL)
Adapun kelebihan model PBL ini adalah sebagai berikut:
1.
Pemecahan masalah merupakan teknik yang bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
2.
Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan yang baru.
3.
Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa.
4.
Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.
Pemecahan masalah dapat membantu siswa mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6.
Melalui pemecahan masalah guru dapat memperlihatkan
kepada siswa bahwa mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan
sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa
bukan sekedar belajar dari guru atau buku saja.
7.
Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai
siswa.
8.
Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk bepikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan
masalah dengan pengetahuan baru.
9.
Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
10. Pemecahan masalah
dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar.[2]
Rusman menjelaskan bahwa kelebihan model PBL adalah
sebagai berikut:
1. Membuat pendidikan
di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
2. Membiasakan siswa
menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
3. Merangsang
pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena
dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti
permasalahan dari berbagai segi dalam kerangka mencari pemecahannya.
Selain kelebihan-kelebihan diatas, PBL ini juga memiliki
beberapa kelemahan, diantaranya:
1.
Ketika siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka
akan merasa enggan untuk mencoba. Untuk mengatasi hal ini, guru harus mampu
memotviasi dan membuat siswa tertarik untuk ikut serta dalam pembelajaran.
2.
Keberhasilan pembelajaran membutuhkan waktu yang lama.
Untuk mengatasi agar hal ini tidak terjadi dan pembelajaran dapat selesai tepat
waktu, maka guru harus mampu menyusun rencana pembelajaran yang seefektif dan
seefisien mungkin.
3.
Tanpa pemahaman siswa mengapa mereka harus berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa
yang seharusnya mereka pelajari. Maka, guru harus menjelaskan terlebih dahulu
manfaat yang akan didapat siswa setelah berhasil memecahkan masalah.[3]
Rusman menyebutkan kelemahan model PBL sebagai berikut:
1.
Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai
dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah, tingkat kelasnya serta
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan
keterampilan dan kemampuan guru.
2.
Proses belajar mengajar memerlukan waktu yang cukup
banyak dan terkadang terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
3.
Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir
menyelesaikan masalah sendiri atau kelompok yang terkadang memerlukan berbagai
sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi guru dan siswa.
D.
Sintaks Model Problem Based
Learning (PBL)
- Menurut
Greenwald (2000) ada sepuluh tahapan Problem
Basedd Learning yaitu:
a. Menemukan
sebuah masalah yang didefinisikan sebagai suatu hal yang kabur (Encounter an ill-defined problem).
b. Meminta
para anak didik mengajukan pertanyaan tentang minat yang menimbulkan teka-teki
(Have students ask question about what is
interesting, puzzling, or important to find out / IPF Question).
c. Mengejar
atau mengikuti temuan masalah (Pursue
problem finding).
d. Memetakan
temuan dan memprioritaskan sebuah masalah (Map
problem finding and prioritize a problem).
e. Meneliti
masalah (Investigate the problem).
f. Menganalisis
hasil-hasil (Analize result).
g. Mengulangi
pernyataan pembelajaran atau menyajikan apa yang telah mereka lakukan (Reiterate learning).
h. Menghasilkan
solusi dan rekomendasi (Generate
solutions and recommendations).
i.
Mengkomunikasikan
hasil-hasil (Communicate the results).
j.
Melakukan
penilaian sendiri (Conduct self-assessment).
- Ibrahim dan
Nur (2000) mengemukakan sintaks pembelajaran berbasis masalah sebagai
berikut:
NO
|
TAHAP
|
AKTIVITAS GURU
|
a.
|
Orientasi
anak didik kepada masalah.
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan peralatan yang diperlukan,
memotivasi anak didik terlibat pada aktivitas pemecaha masalah yang
dipilihnya.
|
b.
|
Mengorganisasi
anak didik untuk belajar.
|
Guru
membantu anak didik mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
|
c.
|
Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok.
|
Guru
mendorong anak didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
|
d.
|
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya.
|
Guru
membantu anak didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan, video dan model yang membantu mereka dalam berbagi tugas
dengan temannya.
|
e.
|
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
|
Guru
membantu anak didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
|
Menurut
John Dewey ahli pendidikan dari Amerika menjelaskan ada 6 langkah PBL:
a.
Merumuskan
masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
b.
Menganalisis
masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut
pandang.
c.
Merumuskan
hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai
dengan pengetahuan yang dimilikinya.
d.
Mengumpulkan
data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah.
e.
Pengujian
hipotesis, yaitu langkah siswa yang mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai
dengan penerimaan dan penolakan sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
f.
Merumuskan
rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi
yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.[5]
Menurut
David Johnson & Jonhson mengemukakan ada 5 langkah PBL melalui kegiatan
kelompok :
a.
Mendefinisikan
masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu
konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa
yang akan dikaji.
b.
Mendiagnosis
masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta faktor yang
menghambat maupun yang mendukung dalam penyelesaian masalah.
c.
Merumuskan
alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan
melalui diskusi kelas.
d.
Menentukan dan
menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana
yang dapat dilakukan.
e.
Melakukan
evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.[6]
Dari beberapa bentuk PBL yang dikemukakan para ahli,
secara umum PBL bisa dilakukan dengan
langkah-langkah :
a.
Menyadari
Masalah
Pada
tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan yang
dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial.
b.
Merumuskan
Masalah
Rumusan
masalah sangat penting, karena
selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang
masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpulkan untuk
menyelesaikannya.
c.
Merumuskan
Hipotesis
Merumuskan
hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh tinggal. Kemampuan yang
diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah siswa dapat menentukan sebab
akibat dari masalah yang ingin diselesaikan.
d.
Mengumpulkan
Data
Data
dalam proses berpikir ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Sebab
menentukan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan
harus sesuai dengan data yang ada. Oleh karena itu, dalam tahapan ini siswa
didororong untuk mengumpulkan data yang relevan.
e.
Menguji Hipotesis
Kemampuan
yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah kecakapan menelaah data dan
sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji.
Selain itu siswa juga diharapkan dapat mengambil keputusan dan kesimpulan.
f.
Menentukan
Pilihan Penyelasaian
Kemampuan
yang diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan memilih alternatif
penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan
kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya, termasuk
memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan. [7]
Baccarat Strategy | Learn the rules of Baccarat
BalasHapusThere's a great variation for playing at the baccarat table. The dealer will take turns on the dealer to get 온카지노 an upper hand febcasino in order to 인카지노